Tentangsinopsis.com – Sinopsis Hush Episode 9 Part 3, Yuk gaes baca juga selengkapnya untuk daftar link ada di goresan pena yang ini. Pastikan Kalian juga mesti mengetahui kalau tersedia juga Episode sebelumnya baca di sini.
Joon Hyuk keluar dari ruangan Kepala Na.
Yoon Kyung pribadi menghampiri Joon Hyuk.
Yoon Kyung : Aku bahagia melihatmu menjadi pemberontak lagi.
Joon Hyuk : Sudah usang sekali. Dia bilang sentuhanku hilang.
Yoon Kyung : Dia membantaimu?
Joon Hyuk : Apa saya terlihat menyerupai masih punya sesuatu yang dapat dibantai?
Sang Kyu melalui dan memandang kesal mereka.
Joon Hyuk : Mereka tidak dapat memecat Redaktur Yoon, tetapi aku…
Foto JTBC
Ponsel Joon Hyuk tiba-tiba berbunyi.
Joon Hyuk menjawab, halo? Dan beliau pun kaget.
Foto JTBC
Joon Hyuk pun ke tempat tinggal sakit. Menjenguk ayahnya.
Ayah Joon Hyuk secara tiba-tiba kolaps.
Foto SBS
Ji Soo dan para sunbae nya di wilayah biasa mereka berkumpul.
Ji Soo terkejut mendengar dongeng mereka soal ayah Joon Hyuk yang tiba-tiba saja kolaps.
Yoon Kyung : Ini tidak tiba-tiba. Sudah usang beliau dirawat di rumah sakit.
Se Joon : Dia seorang guru dan sekolahnya tenar korup. Jadi, beliau menginformasikan itu ke stasiun TV. Dia kehilangan pekerjaannya dan menjadi sakit.
Ki Ha menuangkan soju ke gelas Se Joon.
Se Joon : Begitulah negara ini. Tidak, begitulah dunia ini.
Foto JTBC
Ki Ha : Jika menjajal merubah sesuatu, kamu cuma akan merubah dirimu. Biasanya dengan cara yang buruk. Takdirmu berubah. Hidupmu berubah.
Ji Soo terdiam. Melihat itu, Se Joon menepuk paha Ki Ha.
Ki Ha memandang Ji Soo dan sadar beliau salah bicara.
Foto JTBC Foto JTBC
Ji Soo tersenyum pahit, benar.
Ji Soo : Ayahku juga senantiasa berdemo. Dia juga pemberontak.
Ponsel Ji Soo berdering. Telepon dari Reporter Goo. Ji Soo pun pribadi me-rejectnya.
Foto JTBC Foto JTBC
Joon Hyuk masih menemani ayahnya. Tak usang kemudian, ayahnya siuman.
Joon Hyuk : Ayah mengenaliku?
Sang ayah tersenyum.
Joon Hyuk : Ayah tersenyum, jadi, kurasa itu ya.
Joon Hyuk ingin mengundang dokter untuk menilik ayahnya tetapi ayahnya bilang tidak perlu. Sang ayah mencopot masker oksigennya.
Foto JTBC
Joon Hyuk kembali mendekati ayahnya.
Sang ayah menyuruhnya kembali bekerja.
Joon Hyuk : Aku tidak pernah sibuk.
Pak Han : Pergilah. Cari nafkah. Agar kamu menyanggupi keperluan hidupmu dan mengantarkan duit untuk putrimu.
Joon Hyuk : Aku mengetahui maksud ayah, tetapi ayah jangan mencemaskan ongkos rumah sakit ayah. Aku punya asuransi.
Pak Han : Ayah tahu. Kau sudah usang menghabiskannya. Ayah tahu, Nak. Maafkan ayah. Ayah tidak cukup pintar. Maaf alasannya menjadi ayah menyerupai ini.
Joon Hyuk : Baiklah. Jangan khawatir.
Foto JTBC Foto JTBC
Joon Hyuk kembali ke mejanya.
Ponselnya berbunyi. Telepon dari Yoon Kyung. Yoon Kyung sendiri masih sama Ji Soo, Se Joon dan Ki Ha.
Joon Hyuk : Dia sadar. Semua baik-baik saja.
Yoon Kyung : Untunglah. Kau akan ke sini sekarang?
Joon Hyuk : Tidak, saya di kantor. Ada yang mesti kutulis. Lagi pula, saya sudah lelah. Aku tak mau minum hari ini. Aku akan pulang dan beristirahat.
Yoon Kyung : Baiklah, hingga jumpa kalau begitu.
Foto JTBC
Setelah itu, Joon Hyuk membuka tasnya dan mengambil sebotol miras dari sana.
Dia kemudian menuangkan mirasnya ke dalam termos kopinya dan meminumnya.
Setelah itu, beliau mengambil spidol dan mencoret-coret termosnya tetapi tinta spidolnya kemudian habis.
Joon Hyuk membuka laci, bermaksud mengambil spidol tetapi beliau menyaksikan USB merah di lacinya.
Joon Hyuk pun pribadi menyaksikan apa isi USB itu. Sebuah video.
Joon Hyuk memakai earphone nya dan membuka video yang ternyata video rekaman suara.
Joon Hyuk terkejut mendengarkannya.
Foto JTBC
Paginya, Sung Han ke Meja Berita Digital.
Sung Han terlihat ceria, morning.
Lalu beliau menyaksikan Joon Hyuk tidak ada.
Sung Han : Han Joon Hyuk belum datang?
Joon Hyuk secara tiba-tiba timbul disamping Sung Han dengan handuk kecil menggantung di leher.
Joon Hyuk : Aku tidak pulang kemarin.
Sung Han kaget, astaga. Benarkah? Kau tidak melakukan pekerjaan belakangan ini.
Joon Hyuk : Kenapa kamu di sini?
Sung Han : Sudah kubilang, jangan perlakukan saya menyerupai pedagang. Duduklah.
Joon Hyuk beranjak ke mejanya.
Foto JTBC
Sung Han menyaksikan tabletnya.
Sung Han : Perhatian. Begini… Pertama, Lee Jae Eun. “UU untuk usaha kecil membunuh bisnis besar.” Kau menulis ini, bukan?
Jae Eun : Aku mengunggahnya tadi pagi, jadi, tingkat bacanya masih rendah. Tapi itu akan secepatnya menawan perhatian.
Sung Han : Hapus segera.
Jae Eun kaget, apa?
Sung Han : Itu kisah menjilat untuk bisnis besar.
Jae Eun : Kau tidak perlu mengatakannya menyerupai itu…
Sung Han : Kau juga menjilat Nammoo Food. Kau sanggup sekantong roti atau apa?
Jae Eun sewot, kamu pikir saya menulis kisah untuk sekantong roti? Kau tahu, saya bahkan tidak senang roti. Aku lebih senang camilan manis beras.
Sung Han : Kau mungkin akan dipecat.
Foto JTBC Foto JTBC
Berikutnya, Dong Wook. Sung Han tanya kenapa Dong Wook nulis soal gym lagi.
Dong Wook : Aku ingin mengekspos pasar-pasar gelap untuk barang dalam gim.
Sung Han : Aku akan mengekspos kemalasanmu. Kau menginformasikan para pembaca cara memakai pasar itu.
Dong Wook : Para pembaca mesti tahu dahulu…
Sung Han : Lupakan saja. Beri tahu saya nanti, berdua saja.
Foto JTBC Foto JTBC
Kemudian Joon Hyuk. Sung Han bilang Meja Kota yang mau mengatasi permasalahan Soo Do.
Sung Han : Serahkan semua materi yang kamu miliki. Ini perintah Kepala, jadi, jangan bertanya. Terakhir, “Korban Diskriminasi, Kriminal Terhormat di Korea.” Ini kisah utama kita. Ditulis oleh reporter Lee Ji-soo.
Ji Soo terkejut mendengarnya.
Sung Han : Kepala ingin bab gres di koran. “Mata Junior” atau semacamnya. Selamat.
Foto JTBC Foto JTBC
Joon Hyuk tersenyum memandang Ji Soo.
Dia ikut bahagia menyaksikan Ji Soo sukses.
Tapi Jae Eun nya gondok Ji Soo jadi bintang lagi.
Foto JTBC
Sung Han memarahi yang lain. Dia tanya, kenapa cuma Ji Soo yang mempunyai fungsi di Meja Digital.
Sung Han : Kalian tidak lebih baik dibandingkan dengan seorang junior. Hanya menulis kisah biasa-biasa saja. Kalian mungkin akan secepatnya digantikan oleh AI.
Foto JTBC
Sekarang, Ji Soo dan Joon Hyuk bicara di taman.
Ji Soo : Ayahmu baik-baik saja?
Joon Hyuk : Ya. Dia terlampau banyak minum dikala masih muda.
Ji Soo : Apa yang mau kamu laksanakan dengan kisah MP Go?
Joon Hyuk : Apa yang dapat kulakukan? Aku cuma punya kecurigaan dan hipotesis. Aku tak mempunyai fakta yang pasti.
Ji Soo : Tapi kamu tidak dapat mengakhirinya di sini.
Joon Hyuk : Aku tidak bilang begitu. Kisahmu tetap ada. Diskrimasi dan perbedaan.
Ji Soo : Kepala atau Redaktur Um akan menulis ulang itu sesuka mereka.
Joon Hyuk : Tulis kisah dengan lebih minim emosi. Fakta tidak dapat diputar balik.
Foto JTBC
Yoon Kyung, Ki Ha dan Se Joon datang.
Yoon Kyung : Menemui politikus aktif, melawan Kepala, dan kini melatih junior? Aku mengajarimu dengan baik, mantan anak didikku.
Joon Hyuk : Tentu saja. Tidak ada anak didik renta sepertiku.
Ki Ha : Bagaimana masa depan kariermu?
Joon Hyuk : Entahlah. Mengabaikan itu hina. Berhenti dari pekerjaanku bahkan lebih hina. Tidak ada jawaban.
Se Joon : Berhenti apa? Berpeganganlah pada honor bulananmu.
Ki Ha : Dia mungkin akan dipecat. Entahlah.
Ji Soo : Tidak mungkin. Benar, bukan?
Yoon Kyung : Mari tulis kisahnya sebelum beliau dipecat.
Joon Hyuk : Apa?
Yoon Kyung : Kau bilang akan menulisnya. Aku mempertaruhkan mata pencaharian keluargaku. Aku tidak dapat mengakhirinya di sini, bukan?
Se Joon : Sebaiknya kita tuntaskan apa yang kita mulai.
Ki Ha : Mari laksanakan dengan cara yang masuk akal.
Ji Soo : Benar. Kita tidak dapat merubah apa pun, tetapi kita bisa melanjutkannya dan “bertanggung jawab”.
Foto JTBC
Joon Hyuk : Aku mengetahui maksud kalian. Untuk dikala ini… Batu, kertas, gunting!
Semua memutuskan batu, kecuali Ji Soo yang memutuskan kertas.
Joon Hyuk : Kau tidak dapat menang. Kau junior.
Ji Soo : Kenapa?
Yoon Kyung : Didik juniormu.
Joon Hyuk : Maafkan aku. Akan kulakukan sebentar lagi.
Foto JTBC
Se Joon memerintahkan Ji Soo mendekat.
Ji Soo bingung, saya dihentikan mengeluarkan kertas?
Yoon Kyung : Dewasalah sedikit, Ji Soo-ya.
Ji Soo disuruh ngeluarin batu.
Kamera menyorot paras Joon Hyuk yang terlihat cemas.
Foto JTBC Foto JTBC
Joon Hyuk menemui temannya yang pengacara di warung wilayah beliau dan ayah Ji Soo biasa makan dulu.
“Joon Hyuk-ah, saya berhenti bekerja.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak akan menyakitimu. Aku tidak mendengar kabarmu selama bertahun-tahun, jadi, saya tidak pernah menduga kamu akan mendatangiku. Aku ketakutan kamu akan menanyaiku soal permasalahan ini.”
“Benar. Seharusnya tidak kulakukan.”
“Jangan bilang begitu. Kau melakukannya dengan baik.”
Temannya kemudian bilang sudah resmi.
“Redaktur Yoon dan bosku menyiapkan semuanya. Seperti katamu, kami tak mau menuntut. Orang-orang akan mengkritik kami kalau kami menuntutnya cuma dengan penghalangan bisnis. Dan Redaktur Yoon menyarankannya. Laporan ralat. Kau tahu saya tahu. Aku tahu kamu memberiku peluang lagi hari itu.”
“Kau melakukan pekerjaan dengannya, jadi, kupikir kamu tahu intinya. Aku tidak tahu hal lain. Aku tidak pernah memberimu kesempatan. Aku berjumpa dengan Go Yu Seop berkat kamu dan mengetahui bahwa itu benar. Aku mesti berterima kasih kepadamu.”
Temannya kemudian memamerkan Joon Hyuk laporan pemeriksaan Yu Seop.
“Kami mengontak Go Yu Seop saban hari dan menulis skenario mendetail. Skalanya dan periode perekrutan. Kami menyuruhnya menghafalnya. Aku tidak sengaja menerima itu dan berpikir keras.”
“Apa mereka sangat jaksa?”
“Begitukah cara mereka melakukan pekerjaan dari awal?”
Foto JTBC Foto JTBC
“Lalu, kamu bermaksud menjadi pelapor?”
“Panggil saya informan publik. Kau mesti memasang wajahku di halaman depan.”
“Pak Tua, jangan laksanakan ini. Kariermu akan hancur dalam sekejap.”
“Atasanku sudah tidak memercayaiku. Lagi pula, beliau akan menurunkan jabatanku.”
“Tetap saja… Kau tidak dapat menjadi pengacara kalau berhenti menyerupai ini.”
“Bosku menanyakan korelasi kita dan sebanyak apa saya memberitahumu. Sejujurnya, kubilang kepadanya saya tidak begitu mengenalmu, bahwa kita tidak bersahabat dikala kuliah, dan kamu terus menggangguku. Aku melakukannya dengan baik, bukan? Maafkan aku.”
“Tidak perlu minta maaf. Aku yang minta maaf. Tidak perlu.”
” Ini bukan karenamu. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Aku kembali ke diriku yang usang alasannya kamu kembali ke dirimu yang lama.”
Foto JTBC Foto JTBC
Abis menemui kawan dekat pengacaranya, Joon Hyuk main billiard dengan Detektif Kim.
Detektif Kim : Tulis kisah dengan papan ketik kalian. Berhentilah bermain biliar.
Joon Hyuk : Aku menyiapkan suatu kisah. Mereka menyuruhku berhenti.
Detektif : Lalu? Kau berhenti dikala mereka menyuruhmu?
Joon Hyuk : Aku tidak bilang begitu. Aku tak mempunyai fakta terperinci untuk menulis kisah atau surat pengunduran diriku.
Detektif Kim : Apa?
Joon Hyuk : Bagaimana kalau kita bertaruh? Jika kamu menang, saya menulis kisahnya. Jika saya menang, saya menulis surat pengunduran diriku.
Detektif Kim : Surat pengunduran diri? Detektif mesti menangkap penjahat dan reporter mesti menulis kisah. Jika tidak begitu, apa gunanya mereka?
Joon Hyuk : Kalian bisa menangkap pencuri dan pembunuh. Apa yang kami lakukan? Bahkan kalau kami menulis, mereka bilang, “Jangan menulis itu.” Dan pribadi berakhir.
Detektif Kim : Kami sama. Seorang lelaki mengemudi 20 jam sehari untuk mencari nafkah kemudian menabrak pohon di tepi jalan selagi beliau tertidur. Dia mengeluarkan duit denda semahal upahnya. Sementara itu, sopir tidak terlatih menabrak lampu kemudian lintas yang harganya ratusan juta won. Dan kami berkata, “Itu bisa terjadi,” kemudian melupakannya.
Joon Hyuk : Itu bisa masuk berita. Siapa yang melaksanakan itu?
Detektif Kim : Kau tidak tahu? Kau menilik latar belakangnya di kantorku.
Joon Hyuk : Benarkah? Keponakan CEO-ku?
Detektif Kim : Aku tahu keluarga mereka hebat, tetapi beliau anak politikus dan keponakan CEO-mu?
Joon Hyuk terkejut. Dia yang tadinya duduk, pribadi berdiri.
Joon Hyuk : Putra politikus? Apa maksudmu? Maksudku Park Sung Hee. Keponakan CEO-ku.
Detektif Kim : Ya, dia. Dia yang menabrak lampu kemudian lintas. Bahasa Korea-nya tidak bagus, jadi, tunangannya tiba untuknya. Katanya beliau reporter Meja Kota atau Meja Politik Harian Korea .
Joon Hyuk : Reporter Harian Korea ?
Foto JTBC
Joon Hyuk ingat dikala beliau bicara dengan Ji Soo di taman, sesudah dari kantornya Soo Do.
Ji Soo : Bagus untuk Kyu Tae. Dia punya kualifikasi yang bagus.
Joon Hyuk : Keluarganya niscaya kaya, bukan?
Ji Soo : Entahlah. Kudengar keluarga Kyeong Woo lebih baik.
Foto JTBC Foto JTBC
Detektif Kim ngasih tahu Joon Hyuk kalau tunangannya Sung Hee merupakan putra dari MP Partai Demokrat Korea.
Detektif Kim : Aku tidak tahu namanya. Detektif tak mempunyai harga diri. Mereka membungkuk dan memamerkan kartu bisnis mereka kepadanya.
Foto JTBC
Mendengar itu, Joon Hyuk bergegas kembali ke mobilnya.
Dia menilik kamera dashboard nya.
Lalu beliau teringat dikala menyaksikan Park Sung Hee di kantor polisi.
Dia gres sadar ada seseorang yang duduk disamping Park Sung Hee dikala itu.
Foto JTBC
Joon Hyuk di perpustakaan sekarang, beliau membaca postingan wacana CEO Park yang membesarkan Sung Hee menyerupai anak sendiri.
Lalu beliau ingat kata-kata Yu Seop dikala beliau tiba sendirian menemuinya ke penjara.
Yu Seop : Orang kaya menghubungkan belum dewasa mereka biar tetap kaya. Harian Korea menjadi wilayah mereka. Di mana-mana juga sama.
Joon Hyuk juga ingat dikala mendengar Kepala Na keceplosan bicara.
Kepala Na : Kali ini saya mesti memberdayakan setiap pemagang selaku pegawai tetap.
Tak usang kemudian, Joon Hyuk sadar siapa tunangan Park Sung Hee.
Foto JTBC
Joon Hyuk yang gres menyadari siapa tunangan Sung Hee, mengontak seseorang.
Joon Hyuk : Ini aku, mari minum kopi. Tidak. Bawakan saya kopi.
Foto JTBC
Joon Hyuk kembali ke wilayah billiard. Tak lama, Ji Soo tiba bawain kopi.
Ji Soo : Kau tidak dapat membuatku melaksanakan ini.
Joon Hyuk : Kau berutang kepadaku. Tahukah kamu kali pertama saya berjumpa dengan ayahmu di sini? Kemampuannya biasa saja, tetapi beliau senantiasa menyuruhku membawakan kopi dan roti.
Ji Soo : Sudah kuduga. Biliar tidak sesuai dengan ayahku. Jadi, kamu melaksanakan hal yang serupa kepadaku, bukan?
Joon Hyuk : Tentu saja. Aku mesti membalasnya. Karena beliau mengajariku hal jago di sini.
Joon Hyuk kemudian memegang bola putih.
Joon Hyuk : Bola biliar cuma berfungsi di meja biliar. Jika kamu menghantam ke luar meja, itu melanggar peraturan, jadi, tidak berarti. Bahkan kalau menjajal meletakkannya kembali di meja, kamu tidak tahu mesti meletakannya di mana.
Foto JTBC
Joon Hyuk menembakkan bola putih ke kaki Ji Soo.
Ji Soo memungutnya dan risau mesti meletakkannya dimana.
Joon Hyuk meminta bolanya. Ji Soo mengembalikannya.
Joon Hyuk : Kukira beliau membicarakan dirinya sendiri, menjadi pemberontak dan semacamnya. Tapi beliau membicarakan kita, para reporter. Mengenai media. Kau menaruh kata-kata di kotak persegi di koran. Kau menaruh keterangan di kotak persegi berjulukan TV. Tidak menyerupai permainan biliar, kamu bisa merubah dunia di luar bingkai. Kau mengisi bingkai dengan fakta, orang, dan dunia yang kamu inginkan. Orang-orang di luar bingkai membaca, menonton, dan merasakannya. Serta kamu bisa mengubahnya.
Ji Soo : Media membentuk opini publik. Itu Teori Bingkai.
Joon Hyuk : Ya. Saat pertama mendengar itu darinya, saya merasa menyerupai punya kekuatan super. Pada dikala itu, beliau menyampaikan ini kepadaku. Jaga tekadmu. Angkat penamu dengan hati-hati.
Foto JTBC
Joon Hyuk beranjak mengambil kopi yang tadi dibawain Ji Soo.
Joon Hyuk : Setelah beliau meninggal, dahulu saya sering tiba ke sini. Kurasa…
Ji Soo : Kau ingin menerima tekad yang hilang.
Joon Hyuk : Bahkan kalau kita menerima tekad yang hilang, apa dunia juga akan berubah? Kita tidak dapat membisu saja bahkan kalau dunia tidak berubah. Kau sedang menulis ulang kisahnya?
Ji Soo : Ya.
Joon Hyuk : Bagus. Ji Soo, kepalkan tanganmu.
Sontak Ji Soo bingung. Joon Hyuk mengangguk, meminta Ji Soo mengepalkan tangan.
Foto JTBC
Yoon Kyung masih bekerja. Tiba-tiba, beliau dihubungi Joon Hyuk.
Yoon Kyung : Apa ayahmu memburuk? Apa yang kamu laksanakan seharian?
Bersambung ke part 4…